🎐 Surat Al Alaq 1 5 Berkaitan Dengan Sifat
Padahal, dalam al-Qur'an terutama dalam surat al-Alaq ayat 1-5 mengandung petunjuk bahwa dalam pendidikan harus ada integrasi antara berbagai ilmu, baik itu ilmu-ilmu umum maupun ilmu-ilmu agama. Hal itu dikarenakan bahwa pada hakekatnya semua ilmu berasal dari Allah SWT.
B.Konsep Belajar dalam al-Qur'an Surat al-'Alaq Ayat 1-5 . 1. Surat al-’Alaq Ayat 1-5, Munasabah dan Asbab al-Nuzul-nya يرَ رَ رَ ي بِ لَّا يرَ بِّ رَ يبِ قْا بِ يقْ رَ قْإ ( ١ ) ي يقٍ رَ رَ ي قْابِ ي رَا رَاقْ بِ قْا ي رَ رَ رَ ( ٢ ) ي يمُ رَ قْ رَ قْا
lagi Mahabijaksana. (At-Taubah: 71) Dalam memberikan sifat-sifat terpuji bagi orang-orang mukmin itu dan mengkhususkan orang-orang munafik dengan sifat-sifat yang tercela itu, karena sesungguhnya kebijaksanaan itu hanyalah milik Allah dalam semua apa yang dilakukan-Nya. 9.
Kumpulan surat pendek ini berada di juz ke-30 dalam Al-Qur'an yang sering juga kita ketahui sebagai Jus Ama. Baca juga: Bacaan Surat An-Naba 1-40, Kumpulan Juz Amma Lengkap dengan Latin, Arti dan Tulisan Arabnya. Berikut Kumpulan surat pendek dalam tulisan latin yang ada di Jus 30 mulai dari surat an-nas hingga al-alaq.
17Gazali Ismail, Al-Qur‟an Perspektifnya Terhadap Sains dan Teknologi Ethos Kerja Generasi Muda dan Profil Ulama Zaman Modern, hlm. 12 Sumbula : Volume 2, Nomor 2, Desember 2017 Kajian Tentang Belajar dalam al-Qur’an Surat al-‘Alaq Ayat 1-5 – A. Syafi’ AS. 634 B. Konsep Belajar dalam al-Qur'an Surat al-'Alaq Ayat 1-5 1. Surat al
Baca juga: Empat Falsafah Pendidikan Islam dalam Q.S. Al’alaq: 1-5 Beberapa hal tersebut dapat mengantarkan seseorang untuk menangkap kesan bahwa ayat ke-2 dari surah Al-‘Alaq ini tidak hanya sekadar membincang terkait reproduksi dan awal mula kejadian manusia saja, melainkan juga berbicara terkait sifat bawaan manusia sebagai makhluk sosial.
Salah satu kemu’jizatan (keistimewaan) Al-Qur’an yang paling utama adalah hubungannya dengan sains dan ilmu pengetahuaan, begitu pentingnya sains dan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali Q.S Al-‘alaq 96/1-5. 1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2.
a). Hubungan surat al-‘Alaq [96] dengan surat al-Qadar [97]. Dalam surat al-‘Alaq, nabi dan umatnya disuruh membaca (iqra), yang harus dibaca itu banyak sekali di antaranya adalah al-Qur’an. Maka wajarlah jika surat berikutnya adalah surat al-Qadar yang menjelaskan turunya al-Qur’an. Inilah keserasian susunan surat dalam al-Qur’an.
Bacaan qolqolah ini harus Anda pahami agar bacaan Alquran Anda semakin sempurna. Tidak hanya mendapatkan pahala yang lebih besar tapi bacaan Alquran Anda juga akan terdengar lebih merdu. Qolqolah merupakan salah satu ilmu tajwid yang harus diketahui dan dikuasai. √ Bacaan qalqalah sangat sederhana, hanya terdiri dari √ 5 huruf hijaiyah saja.
. Surat al-’Alaq ayat 1-5 adalah surat Al-Qur’an yang pertama kali turun. Selain nama al-’Alaq, surat ini juga diberi bernama surat Iqra’. Bahkan pada zaman sahabat, surat ini terkenal dengan nama surat Iqra’ Bismi Rabbika. Begitu kurang lebih penjelasan M. Quraish Shihab. Memang surat ini populer sebagai surat yang mengajak kaum muslimin untuk mengetahui/belajar tentang banyak hal membaca. Namun, bagaimana jika dilihat dari keseluruhan lima ayat tersebut? Inilah yang akan penulis bahas “tipis-tipis” pada artikel kali ini. Adapun beberapa pokok penting yang dikandung kelima ayat tersebut adalah sebagai berikut Membaca Perintah membaca tertuang dalam ayat 1-3, yaitu, “Bacalah dengan nama Tuhan Pemeliharamu yang mencipta. Dia adalah Tuhan yang telah menciptakan manusia dari alaq sesuatu yang berdempet di dinding rahim.Bacalah dan Tuhan Pemeliharamu Maha Pemurah.” Pada ayat pertama, Allah menyebutkan perintah dengan sangat jelas, “Bacalah!.” Membaca adalah hal yang terpenting yang harus dilakukan seseorang. Para ulama banyak berkata, ketiadaan obyek pada perintah ini menunjukkan bahwa obyeknya bisa apa saja. Ada pengulangan kata “Iqra’” pada ayat-ayat di atas. Menurut al-Maraghi, pengulangan ini menegaskan bahwa secara umum kegiatan membaca baru akan membuahkan hasil jika dilakukan secara demikian, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah kegiatan yang harus dilakukan berulang-ulang. Bukan saja karena memang banyak yang belum dan perlu kita ketahui, namun juga karena biasanya kita akan bisa memahami dengan apa yang dibaca setelah berulang-ulang kali membaca. Sehingga, tak pantas kita berputus asa jika kegiatan membaca/belajar yang kita kerjakan belum membuahkan hasil. Bersandar kepada Tuhan Kegiatan membaca harus selalu dilandasi dengan penuh kesadaran bahwa apa yang dilakukan itu senantiasa berkaitan dengan kehendak dan kekuasaan Tuhan. Hal ini tersirat dari potongan ayat بِاسْمِ رَبِّكَdengan nama Tuhanmu. Begitu kurang lebih menurut Wahbah al-Zuhaili. Pada ayat di atas, Allah menggunakan رَبِّكَ Tuhanmu, bukan nama Allah secara langsung. Hal ini menurut Fakhruddin al-Razi mempunyai makna perintah untuk beribadah. Lebih lanjut, menurutnya, sifat al-zat sifat suatu zat tidak mewajibkan sesuatu, yang mewajibkan terjadi/adanya suatu hal adalah sifat al-fi’il sifat suatu kata kerja. Dengan semangat ibadah dan melibatkan Allah dalam kegiatan membaca, agaknya seseorang tidak akan mungkin menjadi sombong nantinya, berkat membaca, ia benar-benar paham dan pintar. Menulis Perintah menulis bisa tersirat dari ayat keempat, “Yang mengajar dengan pena”. Dalam Tafsir Marah Labid, dijelaskan suatu riwayat tentang pertanyaan dari Abdullah bin Umar kepada kepada Nabi Saw., “Wahai Rasulullah, apakah aku harus menulis hadis yang aku dengar darimu?”. Beliau menjawab,“Iya, karena sesungguhnya Allah mengajarkan dengan pena”. Dialog di atas bisa menjadi pengeleng-eleng peringatan kepada kita bahwa informasi penting yang kita dapatkan haruslah ditulis. Tujuannya jelas, agar tidak hilang. Wahbah al-Zuhaili mengatakan, “Jika tak ada kegiatan tulis-menulis, maka ilmu akan hilang, atsar dampak-dampak agama tak akan berbekas, kehidupan tak akan berjalan baik, aturan tak akan menetap selalu berubah-ubah. Menulis adalah pengikat ilmu dan pengetahuan.” Selain anjuran mengetahui banyak informasi lewat membaca, seorang muslim melalui ayat ini nampaknya juga diajak/diperintahkan untuk menulis apa yang telah ia pelajari. Bukan saja sebagai bentuk dokumentasi atas apa yang ia ketahui, namun lebih kepada agar pengetahuannya juga bisa dinikmati oleh orang lain. Mengajar Perintah membaca ini terambil dari penafsiran mengapa perintah “iqra’” dalam surat ini diulang. Ini sebagaimana yang dijelaskan Fakhruddin al-Razi dalam tafsirnya, yang salah satu maknanya adalah iqra’ pertama untuk diri sendiri dan iqra’ kedua untuk disampaikan. Agaknya ini juga bisa diambil dari apa yang dilakukan Allah Swt. dengan mengajar manusia, sebagaimana tertulis pada ayat keempat dan kelima, “Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. Walhasil, dari penjelasan ini kita semakin paham betapa Islam menghendaki umatnya untuk menjadi manusia pembelajar, yang tidak saja membaca, namun juga mengajarkan apa yang telah ia ketahui kepada siapa saja yang membutuhkan. Wallahu a’lam. M. Nurul Huda Mahasiswa Pascasarjana IAT di IIQ Jakarta + posts Alumnus Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID aQKQFkkiIMNn1rJOYKBeDu2Upw4ieZYaxyHgWKsiA-qIpy4ZZazmBQ==
Surah Al-Alaq Segumpal Darah yaitu surah ke- dalam al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 19 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Ayat 1 hingga dengan five dari surah ini yaitu ayat-ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan, yaitu di waktu Nabi Muhammad bertafakur di gua Hira. Surah ini dinamai Al Alaq segumpal darah, diambil dari perkataan Alaq yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Surat ini dinamai juga dengan Iqra’ atau Al Qalam. Bacaan Surat Al-Alaq ayat 1-five. اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ one. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan, خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ 2. Dia Telah membuat insan dari segumpal darah. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ three. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ 4. Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam, عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ 5. Dia mengajar kepada insan apa yang tidak diketahuinya. b. Asbabun Nuzul. Pada awal kerasulan Muhammad , dia berkhalwat meningalkan keramaian di Goa Hira. Setelah beberapa hari dia mendapatkan wahyu yang pertama Surat Al Alaq 1-5. Dalam keadaan kedingingan, dia menemui Khadijah dan menceritakan yang telah terjadi. Waraqah bin Naufal yaitu pendeta yang menjelaskan bahwa itu yaitu insiden kenabian, sebagaimana terjadi pada nabi-nabi sebelumnya. c. Kandungan Surat Al-Alaq ayat 1-v. Surat Al-Alaq 1-5 merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad Saw. Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, yang dalam kajian Ibnu Katsir dikatakan sebagai rahmat dan nikmat pertama yang dianugerahkan Allah Swt kepada para hamba-Nya Lihat Tafsir Ibnu Katsir Five/236. Dan inilah pula yang menandai penobatan dia sebagai Rasulullah, utusan Allah Swt , kepada seluruh umat manusia. Wahyu inilah yang menjadi tonggak perubahan peradaban dunia. Dengan turunnya ayat tersebut maka berubahlah garis sejarah umat manusia. Berubah dari kehidupan jahiliyah nan gelap dalam semua aspek, termasuk di dalamnya kegelapan ilmu pengetahuian, menjadi terang benderang. Sejak ketika itu, penduduk bumi hidup dalam keharibaan dan pemeliharaan Allah Swt secara langsung. Mereka hidup dengan terus memantau pemikiran Allah Swt yang mengatur semua urusan mereka, besar maupun kecil. Dan perubahan-perubahan itu ternyata diawali dengan “Iqra” bacalah. Perintah membaca di sini tentu harus dimaknai bukan sebatas membaca lembaran-lembaran buku, melainkan juga membaca buku’ dunia. Seperti membaca gejala kebesaran Allah Swt. Membaca diri kita, alam semesta dan lain-lain. Berarti ayat tersebut memerintahkan kita untuk berguru dari mencari ilmu pengetahuan serta menjauhkan diri kita dari kebodohan. Namun membaca yang bisa membawa kepada perubahan positif bagi kehidupan insan bukanlah sembarang membaca, melainkan membaca dengan menyebut nama Allah Yang Menciptakan’ اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ Dalam kajian Sayyid Quthb rahimahullah, bahwa surat ini yaitu surat pertama dari Al Qur’an, maka ia dimulai dengan Bismillah, dengan nama Allah. Dan Rasulullah Saw pertama kali melangkah dalam bekerjasama dengan Allah dan pertama kali menapaki jalan da’wah dengan Bismillah “Iqra’ bismi rabbik”. Tafsir Fi Zhilal Al Qur’an Dengan demikian dalam makna yang lebih luas, ayat pertama merupakan perintah untuk mencari ilmu, ilmu yang bersifat umum baik ilmu yang menyangkut ayat-ayat qauliyah ayat Al Qur’an dan ayat-ayat kauniyah yang terjadi di alam. Ayat qauliyah ialah gejala kebesaran Allah SWT yang berupa firmanNya, yaitu Al-Quran. Dan ayat-ayat kauniyah ialah gejala kebesaran Allah Swt yang berupa keadaan alam semesta. Dan di bumi terdapat gejala kebesaran Allah bagi orang-orang yang yakin dan jugapada dirimu sendiri. Maka apakah kau tidak memperhatikan? QS. Az-Zariyat 20-21 Ayat kedua, Allah Swt menyatakan bahwa insan dicipta dari segumpal darah. Allah Swt sendiri juga telah menegaskan bahwa insan dicipta sebagai sebaik-baik ciptaan dan tidak ada makhluk yang dianugerahi wujud dan kemudahan hidup yang menyamai manusia. Allah Swt menganugerahi insan berupa logika pikiran, perasaan, dan petunjuk agama. Semua itu mengakibatkan insan sebagai makhluk yang paling mulia. Yang demikian itu, diperlukan insan bersyukur kepada Allah Swt dengan menaati semua perintah dan menjauhi semua laranganNya. Dalam kaitannya dengan kewajiban menuntut ilmu, ayat kedua juga memberi petunjuk kepada insan untuk mengenal dirinya secara jelas, yaitu mengetahui asal kejadiannya. Hal tersebut terungkap dalam QS. Al-Mukminun 12-14. وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ. ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ . ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ “Dan sebenarnya Kami telah membuat insan dari suatu saripati berasal dari Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam daerah yang kokoh rahim.Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, kemudian segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, kemudian tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” QS. Al-Mukminun 12-14 Ayat keempat, Allah Swt mengajar insan dengan pena. Maksudnya dengan pena insan sanggup mencatat banyak sekali cabang ilmu pengetahuan, dengan pena insan sanggup menyatakan ide, pendapat dan impian hatinya dan dari pena insan juga mendapatkan banyak sekali ilmu pengetahuan baru. Pada ayat kelima, Allah Swt mengajar insan apa yang tidak/belum diketahuinya. Manusia lahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Secara perlahan, Allah Swt memperlihatkan insan kemampuan melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya, sehingga dengan kemampuannya itu insan bisa mencapai cabang ilmu baik ilmu agama maupun ilmu yang lain bahkan ilmu yang mungkin pribadi diberikan oleh Allah Swt kepada beberapa orang yang dikehendaki tanpa melalui berguru ilmu laduni. Demikian, Allah Swt telah menunjukan bahwa insan manusia dicipta dari benda yang tidak berharga kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis, dan memberinya pengetahuan. Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal kandungan ayat Al Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5 Tentang Pentingnya Ilmu. Kunjungilah semoga bermanfaat. Aamiin.
surat al alaq 1 5 berkaitan dengan sifat